Dibalik Indahnya Jogja

Posted by cahndheso

Jogja - Jogja (ada yang menyebut Yogyakarta, Jogjakarta, atau Yogya) adalah sebuah Propinsi terkenal di Indonesia dengan sebutan Daerah Istimewa Yogyakarta, kota yang terkenal akan sejarah dan warisan budayanya.

Jogja merupakan pusat kerajaan Mataram (1575-1640), dan sampai sekarang Kraton (Istana) yang masih sebagai Pusat Kerajaan dalam arti yang sesungguhnya. Jogja juga memiliki banyak candi berusia ribuan tahun yang merupakan peninggalan kerajaan-kerajaan besar jaman Hindu kuno, di antaranya adalah Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke-9 oleh dinasti Syailendra.

Selain warisan budaya, Jogja memiliki panorama alam yang indah. Hamparan sawah nan hijau menyelimuti daerah pinggiran dengan Gunung Merapi tampak sebagai latar belakangnya. Pantai-pantai yang masih alami dengan mudah ditemukan di sebelah selatan Jogja.

Masyarakat di sini hidup dalam damai dan memiliki keramahan yang khas. Cobalah untuk mengelilingi kota dengan sepeda, becak, ataupun andong; Anda akan menemukan senyum yang tulus dan sapaan yang hangat di setiap sudut kota. Tanpa anda sadari, tiba-tiba anda akan merasa seperti sedang berada di rumah sendiri.

Atmosfir seni begitu terasa di Jogja. Malioboro, yang merupakan urat nadi Jogja, dibanjiri barang kerajinan dari segenap penjuru. Musisi jalanan pun selalu siap menghibur pengunjung warung-warung lesehan.

Namun indahnya kehidupan Jogja, tak seindah nasib seorang penarik becak Larno yang mangkal di seputaran Hotel Madukoro Jogja. Larno yang tamatan SMP sudah melakoni pekerjaanya, sebagai penarik becak sejak lima tahun lalu.

Larno yang sudah dikaruniai satu orang anak, mengawali kariernya sebagai penarik becak lantaran faktor ekonomi. Tamat SMP ia tak bisa melanjutkan sekolah karena tidak punya biaya. Karena tidak punya kerjaan ia coba-coba menarik becak seperti teman-temannya.

Awalnya rasa malu tak tertahankan, sampai-sampai ia membuang muka jika bertemu teman-teman sekolahnya yang sebagian besar telah sukses. Namun apa boleh buat, anak dan istri menunggunya untuk mencari sesuap nasi. Rasa malu akhirnya terhapuskan karena rasa tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga.

Mengenai hasil yang didapat,cukup untuk menghidupi keluarga,"ungkap Larno.

Larno yang kelahiran Jogja, sehari rata-rata dapat mengais rejeki 40 ribu. Sekali antar ada yang 5 ribu sampai 25 ribu, tergantung jauh dekatnya.

Dalam menjalani hidup yang begitu sulit di Kota Jogja, Larno berharap bisa menghidupi keluarga, menyekolahkan anak sampai tamat, agar kelak mendapatkan pekerjaan yang layak, tidak seperti bapaknya sebagai penarik becak.(Erabaru/sys)

0 comments:

Post a Comment